Endang
Susanti merupakan mahasiswi Program Studi Pemikiran Politik islam, ia berhasil menyandang
gelar wisudawan berprestasi dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,89 pada wisuda
periode ke-31 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus.
Kegiatan
tersebut diselenggarakan di Gedung Olahraga (GOR) IAIN Kudus Kampus Timur pada
Sabtu, (14/05/2022).
Sejak masuk kuliah pada tahun 2018, perempuan yang kerap disapa
Santi ini harus pergi kesana kemari dari Kudus ke Blora seminggu sekali untuk
membantu orang tuanya dengan kesibukan mereka di rumah.
Perempuan asal Desa Sempu, Kecamatan Kunduran, Kabupaten
Blora, Jawa Tengah ini merupakan anak ke-2 dari pasangan Sujiman (51), dan Siti
Aminah (50) yang berprofesi sebagai seorang petani,
Kedua orang tuanya yang hanya bekerja sebagai petani, kadang
kesulitan untuk mencukupi uang saku
kedua anaknya yang sama-sama kuliah.
Meski begitu, tidak
membuat Santi putus arang dalam mengemban pendidikan, hal tersebut dapat
dilihat dari banyaknya prestasi yang ia peroleh.
Diantaranya, peringkat 3 terbaik SKPP Kabupaten Blora, Top 10
karya terbaik cipta puisi nasional oleh Lintang Indonesia, Top 25 International Essay Commpetition INFID
2019, meraih beasiswa Bank Indonesia, dan lain-lain.
Untuk mendapatkan IPK 3,89, ia menjalani pembelajaran tambahan.
Pasalnya, Santi merupakan mahasiswi yang melalui proses perkuliah secara Daring (dalam jaringan).
Keadaan
Desa Sempu yang terletak di ujung selatan Kabupaten Blora, tidak didukung oleh
akses internet yang bagus.
Sehingga
untuk mendapat akses internet yang memadai, Santi harus menaiki perbukitan
setiap menjalankan kuliah daring.
Santi
sendiri dikenal sebagai wanita muda yang memiliki kepedulian terhadap wanita.
Hal
ini terlihat dari materi skripsi yang disusunnya dengan subjek pemerintahan wanita
dengan lokus konsentrasi pada kewenangan Pejabat Perwakilan Blora, Tri Yuli
Setyowati.
Motivasi
Santi dalam mencapai prestasinya selama ini, ialah dengan senantiasa mengingat
pesan orang tuanya.
"Yang selalu kuingat, kedua orangtua saya itu bilang,
'Warisan terbaik dari saya (orangtuanya), hanyalah pendidikan. Kamu boleh
mengemban pendidikan setinggi mungkin. Namun saya tidak bisa berikan
harta, karena warisan harta akan habis, tetapi warisan pendidikan tidak akan
pernah habis,'" ucapnya menirukan pesan orangtuanya. (dikutip dari
Media Indonesia.com)
Kontributor: Ahmad Nur Ichsan (pengurus HMPS PPI divisi Media
Informasi dan Komunikasi)
0 Comments:
Post a Comment